Jumat, 29 Oktober 2004, bertepatan dengan 15 Ramadhan 1425 Hijriah, ulama kaliber dunia, Al-‘Allamah al-Muhaddits Prof. Dr. As-Sayyid Abuya Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani wafat. Bagi umat muslimin seluruh dunia, kepergian abuya adalah sebuah kehilangan yang mendalam.
Al-‘Allamah al-Muhaddits Prof. Dr. As-Sayyid Abuya Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani adalah sosok ulama kharismatik yang lahir di Makkah Al Mukarramah, pada tahun 1362 H / 1943 M. Ayah beliau As sayyid Alwi Bin Abbas Al Maliki, adalah juga seorang ulama terkemuka di Makkah, dan seorang pengajar di Masjidil Haram.
As-Sayyid Abuya Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani dikenal sebagai guru, pengajar dan pendidik yang tidak beraliran keras, tidak berlebih-lebihan, dan selalu menerima hiwar dengan hikmah dan mauidhah hasanah. Beliau ingin mengangkat derajat dan martabat muslimin menjadi manusia yang berperilaku baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada sesama, terhormat dalam perbuatan, tindakan serta pikiran dan perasaannya. Beliau adalah orang cerdas dan terpelajar, berani dan jujur serta adil dan cinta kasih terhadap sesama. Itulah ajaran utama Sayyid Muhammad bin Alawi al maliki, beliau selalu menerima dan menghargai pendapat orang dan menghormati orang yang tidak sealiran dengannya atau tidak searah dengan thariqahnya.
Dalam kehidupannya beliau selalu bersabar dengan orang-orang yang tidak sependapat dengan pemikirannya atau dengan alirannya. Semua yang berlawanan diterima dengan sabar dan usaha menjawab dengan hikmah dan menyelesaikan sesuatu masalah dengan kenyataan dan dalil-dalil yang jitu bukan dengan emosi dan pertikaian yang tidak bermutu dan berkesudahan. Beliau tahu persis bahwa kelemahan Islam terdapat pada pertikaian para ulamanya dan ini memang yang diinginkan musuh Islam.
Kitabnya yang berjudul Mafahim allati Yajibu an-Tushahhah membuka wawasan baru tentang hal-hal yang selama ini menjadi polemik di kalangan sebagian umat Islam. Perbedaan pemahaman masalah bid’ah, Syafaat, tasawuf dan tawasul, misalnya tidak jarang menimbulkan pertentangan, permusuhan, bahkan saling mengkafirkan. Buku ini juga menjelaskan pikiran Wahabi yang orisinil. Kitab ini mendapat sambutan 40 ulama besar dunia.
Banyak pujian muncul, perihal kitab ini. Salah satunya dari Syekh Hasanain Muhammad Makhluf, ulama besar Mesir. Ia mengatakan, setelah meneliti kitab tersebut dengan seksama, tampak sekali, pembahasan buku ini dapat dijadikan hujah ( alasan ) dan burhan ( bukti ) ajaran islam yang benar. Dalam buku ini, Sayyid Muhammad Al-Maliky juga telah meletakkan meletakkan berbagai permasalahan secara proporsional, menjauhi sikap berlebihan dan bersikap adil. “Ia juga telah mencoba memperbaiki berbagai pemahaman keliru sambil memberikan nasihat kepada saudara-saudarnya, kaum Muslimin.”
Menurut Al-‘Allamah Syekh Muhammad Khazraj, untuk mewujudkan itu semua, Sayyid Muhammad Al-Maliky menggunakan berbagai dalil yang qath’i ( pasti ) serta argumentasi yang benar dan rasional. Hal senada juga dikemukakan Syekh Muhammad Al-Thayyib Al-Najjar. Ia mengatakan, kitab Mafahim ini betul-betul merupakan yang cukup berarti mengenai berbagai faham yang diyakini sebagian orang yang menganggap bahwa mengingkarinya sebagai suatu kebatilan.
Sebelum meninggal, pada malam itu beliau tidak mengajar kitab-kitab namun banyak menceritakan perihal surga dan menyatakan hasratnya untuk bertemu dengan ayahnya, Sayyid Alawi al-Maliki. Jelang subuh, guru dari hampir sebagian besar ulama di Nusantara meninggal dunia di ruang kerjanya, setelah sebelumnya sempat dirawat di rumah sakit di Mekkah. Jum’at petang persis menjelang malam Nuzulul Qur’an, di Masjidil Haram, Mekkah, jenazah Sayyid Muhammad Al-Maliky disholatkan. Dengan iringan tahlil dan tasbih, jutaan umat muslimin Mekkah dan sekitarnya mengantarkan jenazah Ulama besar Ahlus Sunnah wal Jama’ah ini. Sepanjang jalan yang dilewati konvoi dan iring-iringan, orang berjubel keluar rumah dan toko, memberikan penghormatan terakhir pada ulama yang pernah beberapa tahun mengisi pengajian di Masjidil Haram ini. Sebagian besar ada yang mematikan lampu, sebagai tanda penghormatan.
Malam ini, 15 Ramadhan 1442 Hijriah, jutaan murid Abuya as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani di yang tersebar di seluruh dunia mengingat beliau, lantunan Al Fatihah dan Manaqib perjalanan beliau terdengar.
Hal yang sama juga terjadi di Majelis Ta’lim Habib Abubakar bin Hasan Alattas. Ribuan jamaah baik itu dari Kota Ternate, Tidore bahkan dari luar provinsi Maluku Utara, seperti dari Makassar, Palu, Gorontalo, Kalimantan dan Jakarta turut hadir di Haul Abuya as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani. Kehadiran para jamaah tentu saja harus menaati protokol kesehatan. Proses acara haul Abuya as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani yang dipusatkan di Gedung Serbaguna Syarifah Khairunissa juga dirangkaikan dengan Haul Sayyidah Khadijah binti Khuailid ra, juga Sayiddina Abi Thalib bin Abdul Muthalib dan Syarifah Mas’ad binti Taha Albaar.
Habib Abubakar bin Hasan Alattas sendiri bercerita tentang perilaku Abuya as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani adalah seorang yang pandai dan ‘alim, serta sifat kedermawanannya yang tak lelah membantu para sesama.
“Sesaat jenazah beliau lewat, bau harum tercium di seluruh jalan yang dilewati, jenazah beliau dishalatkan yang dihadiri limabelas juta orang,” kata Habib Abubakar. Beliau dimakamkan di pemakaman Al-Ma’la disamping kuburan istri Rasulullah Sayyidah Khadijah binti Khuailid ra.