TERNATE – Berada di ibukota kecamatan daerah lingkar tambang, tempat belasan perusahaan tambang nikel di Obi beroperasi ternyata tak menjamin SDN 90 di Desa Laiwui Kecamatan Obi Halmahera Selatan mendapat perhatian.
Selama ini sekolah itu belum pernah menerima bantuan apapun dari perusahaan-perusahaan nikel di sekitarnya, meskipun gedung sekolahnya sudah termakan usia dan kekurangan fasilitas pendidikan.
“Kalau sekolah di ibukota kecamatan saja tidak tersentuh, bagaimana dengan sekolah di desa lain,”ujar Hanafi Alting, 41 tahun, guru PNS yang sudah 17 tahun mengajar di SDN 90 Halmahera Selatan.
Dia mengatakan sekolahnya hanya mengandalkan dukungan dana BOS sekitar Rp 20 juta lebih.
Sriwati Sangaji, guru hononer pada sekolah itu membenarkan perkataan Hanafi.
Dia mengatakan lantai perpustakaan sekolahnya sudah hancur dan penuh lubang karena termakan usia. Plafon musholah juga sudah rusak.
Sriwati mengatakan tahun kemarin sekolahnya mendapatkan bantuan proyeek pengembangan sekolah dari Pemda Halmahera Selatan, berupa pagar beton yang mengelilingi sekolah, namun dibatalkan sebelum terealisasi.
Sekolahnya bahkan tak memiliki fasilitas belajar mengajar seperti buku dan alat peraga.
“Pokoknya perangkat di dalam kelas ini tidak memadai. Tong pe atribut pembelajaran seperti buku dan alat peraga, pokoknya mengenai belajar mengajar ini kosong.”
Sekolah itu memiliki 6 rombongan belajar, ruang perpustakaan, ruang guru dan mushola. Dan jumlah siswa yang terdaftar di Dapodik sebanyak 108 orang, padahal yang faktual hanya 90 lebih.
“Kalau laporan dapodik itu 108 siswa, tapi kalau dihitung tidak sampai angka seratus itu, hanya Sembilan puluh lebih. Ketidak sesuai data tersebut disebabkan ada siswa yang sudah pindah namun belum terbaharui di data dapodik,” ungkap dia.
Namun dia mengaku sekolahnya pada bulan Mei 2022 mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat berupa 15 unit laptop Acer, satu unit router wifi, satu unit infokus dan 6 kamera CCTV. Semua fasilitas itu hingga saat ini belum difungsikan karena menurut dia kepseknya menyampaikan tak ada biaya dan operator. “Ini tong dapat leptop acer yang kecil, dia khusus asesmen kayaknya,” ucapnya.
Karena kendala tersebut maka para siswa harus mengikuti asesment pada SMPN 4 Halmahera Selatan yang berjarak sekitar 1 kilometer dari sekolahnya, dengan membayar Rp 2,5 juta untuk menggunakan fasilitas sekali asesmen.