TERNATE – Badan Pusat Statistik (BPS)Provinsi Maluku Utara (Malut) dalam rilis resmi pada Senin, 16 Desember 2024 mencatat neraca perdagangan bulan November 2024 mengalami surplus sebesar 1.086,54 juta dollar AS.
Berdasarkan data BPS Malut surplus pada neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor November mencapai 1.484,49 juta dollar AS dibanding impor November 2024 yang mencapai 397,95 juta dollar AS.
Plt Kepala BPS Malut Nurhidayat Maskat dalam siaran pers mengungkapkan surplus neraca perdagangan Maluku Utara November 2024 (1.086,54 juta dollar AS) merupakan yang tertinggi sejak tahun 2021.
“Nilai Ekspor November 2024 mengalami peningkatan secara bulanan maupun secara tahunan.Peningkatan nilai ekspor disebabkan oleh meningkatnya nilai ekspor pada hampir semua komoditas ekspor, seperti Nikel (HS75), Logam Dasar Lainnya (HS81), dan lain-lain,”ucap Nurhidayat.
Nurhidayat menyebutkan, ekspor Malut November 2024 disumbang dari komoditi Nikel sebesar 47,85 persen, Besi dan Baja sebesar 47,72 persen, Bahan Kimia Anorganik sebesar 3,75 persen, Logam Dasar Lainnya sebesar 0,43 persen, Kayu Barang dari Kayu sebesar 0,23 persen, Ikan dan Udang sebesar 0,02 persen.
Nurhidayat menyampaikan negara pangsa ekspor Malut November 2024 antara lain, ialah Tiongkok, Jepang, Taiwan, hingga Vietnam dan Singapura. Sementara ekspor barang Malut melalui pelabuhan daerah lain yaitu dari Jakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
Nurhidayat sebelumnya juga menjelaskan fenomena ekspor dunia November 2024 juga menjadi penyebab surplus neraca perdagangan Maluku Utara.
“Harga komoditas ekspor Nikel dan Baja Tahan Karat naik baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri, hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan global pada komoditas ini yang merupakan salah satu bahan baku produksi baterai terutama pada kendaraan listrik dan pembangkit listrik tenaga panas bumi,”terang Nurhidayat.
Menurut Nurhidayat, hal ini merupakan dorongan global menuju energi bersih dan transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan atau transisi ramah lingkungan. Selain itu, tingginya permintaan ini juga disambut dengan perubahan kuota penambangan di Indonesia oleh pemerintah melalui Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) pada kuartal III- 2024 sehingga Volume produksi bijih nikel mengalami kenaikan.
“Harga kobalt di pasar dunia naik dari Oktober ke November, hal ini didorong oleh tingginya permintaan terhadap komoditas ini yang juga merupakan bahan baku dalam produksi komponen perangkat elektronik dan baterai lithium-ion yang banyak digunakan di kendaraan listrik,”jelas dia.(Umam)